Jumat, 02 Juli 2010

LIMA

Semuanya terjadi begitu cepat. Untuk sejenak aku pikir ini adalah mimpi. Tapi mau tidak mau, aku harus hadapi semuanya. Ini semua bukan mimpi. Aku memegangi sikuku yang memar, sambil memperhatikan kerumunan orang yang mengelilingi tubuh kaku Amanda.
Polisi datang lima menit kemudian. Beberapa orang sudah keluar karena tidak tahan melihat darah, tapi sisanya banyak yang keluar karena diusir. Sialan! Harusnya aku membiarkan Amanda melompat duluan!
Sezquall datang menghampiriku kemudian bertanya apa yang kutahu. Kuceritakan semuanya, bahwa kami diserang si wanita Harajuku kuning dengan baju hitam ketat. Sezquall terlihat tersentak sekali.
“ Apa ini orang yang kau maksud?” dia memperlihatkan sebuah foto wanita yang berdiri tegak, sepertinya memang sengaja difoto.
“ Iya! Tidak salah lagi.”
“ Kami menangkapnya tadi berlari diluar membawa pistol. Kami kira dia hanya seorang yang kebetulan lewat dan ia kami tangkap karena membawa senjata api. “
Sezquall cepat-cepat mengambil telepon genggamnya, kemudian menelepon anak buahnya untuk menahan wanita tersebut.
Kami langsung menuju kantor polisi sementara tim medis membawa jenazah Amanda. Di mobil, sepanjang perjalanan, pikiranku tak bisa lepas dari kejadian tadi hingga Sezquall berkata padaku,” Arus, kematian bukanlah hal yang baru dalam kehidupan. Dalam kehidupan kita pasti akan melihat kematian, dan jika itu terjadi jangan sampai terbawa dalam kehidupanmu.”
Aku mengangguk. Kurasa Sezquall benar. Aku terlalu sensitif. Namun tetap saja, walau Amanda bukanlah rekan yang dekat denganku, kupikir tidak seharusnya ia mati dengan cara seperti itu.
Baru saja kami hendak turun dari mobil sesampainya di kantor polisi, Sezquall mendapat telepon dari rekannya bahwa si wanita Harajuku dipindahkan ke gedung sebelah kantor polisi karena ia sempat kabur. Rekannya tersebut khawatir jika ikatan si wanita dilepaskan dan kembali dipindahkan ke kantor polisi dia dapat melarikan diri dengan bela dirinya yang luar biasa.
“ Baiklah kalau begitu.” Tukas Sezquall, agak kesal. Dan, menembus badai salju, kami berlari ke gedung tersebut.
Di lift, sementara aku membersihkan salju dari mantelku, Sezquall terlihat tak sabar. Bagaimana tidak, dia akhirnya menangkap seorang pembunuh yang ia cari selama ini. Setidaknya begitu Begitu pintu lift terbuka di lantai paling atas, Sezquall berjalan cepat sekali dan membuka pintu.
“ Tuan Rosseau, kami terpaksa menempatkannya di lantai teratas agar tak dapat kabur.” Kata seorang rekannya, seorang polisi gemuk pendek dengan jas yang terlalu longgar.
“ Ya, kerja bagus El. Memangnya sehebat apa beladirinya hingga kau tak berkutik?” sahut Rosseau, matanya memperhatikan si wanita Harajuku yang terikat di kursi kayu dengan mata berkilat-kilat.
Pria yang dipanggil El tersebut merunduk dan serta-merta bersungut-sungut, malu.
“ Baiklah, namaku Sezquall Rosseau.” Kata Sezquall setelah menghela napas. “ Kita langsung saja. Aku tidak suka melakukan kekerasan pada wanita, tapi… beberapa keadaan membuat kita melakukan sesuatu yang biasanya tidak kita lakukan, hm?”
Wanita Harajuku tidak bergeming.
“ Aku akan mengajukan beberapa pertanyaan, jadi tolong jawab sejujurnya. Dan hukumanmu mungkin akan lebih ringan.” Sezquall berdeham, kemudian melanjutkan.” Apa motifmu membunuh Amanda dan Tuan Slittering?”
Wanita tersebut terdiam. Alih-alih menjawab wanita Harajuku malah memandangi Sezquall dengan tajam.
“ Pertanyaan yang sama.” Kata Sezquall.
“ Aku tak memiliki motif apapun. Motif hanya untuk pecundang.” Jawabnya akhirnya, dengan logat yang aku tak tahu dari mana.
Sezquall terlihat agak kesal. Sementara itu aku cuma bisa duduk, memperhatikan proses interogasi berlangsung. Wanita itu ditanya terus oleh Sezquall, tapi tetap menjawab bahwa ia tidak punya motif. Hingga akhirnya El berbisik pada Sezquall.
Akhirnya Sezquall mengubah pertanyaannya,” Siapa yang menyuruhmu?”
Entah kenapa wanita tersebut terlihat tersentak sekali, hingga matanya melotot tak karuan, membuat kami bingung dan diam membeku. Wanita Harajuku tersebut menelan ludah berkali-kali, dan, tanpa diduga ia berdiri bersama kursi dimana tangannya diikat disana dan melompat ke luar gedung, menyebabkan pecahan kaca bertebaran kemana-mana. Kami tersentak, dan saking kagetnya terdiam tak bergeming.
Aku bangun dari tempat dudukku, kemudian melihat ke bawah. Wanita tersebut sudah terbaring di tanah dengan wajah terlebih dahulu. Darah menggenangi badannya, mewarnai salju di sekitarnya. Beberapa orang mulai mengerumuninya, dan kami, dari atas gedung, saling bertatapan, bingung.
“ Dia, dia melompat?” aku menelan ludah.
“ Begitulah.” Sahut Sezquall, tampaknya dia sama sekali tak kaget.” Dia berasal dari organisasi besar, Arus, El.”
“ Apa? Apa yang membuatmu berpikir begitu?” Tanya El, juga menelan ludah. Mungkin sama gugupnya denganku.
“ Dia sudah benar-benar mencintai organisasi dan visi, juga misinya. Organisasi tersebut pasti sudah berpesan untuk tutup mulut apapun yang terjadi. Dan, yah, dia benar-benar tutup mulut. Dengan membunuh dirinya sendiri dia berhasil melindungi organisasinya.”
Serta-merta aku teringat pada Amanda. Dia baru saja mendapatkan dokumen rahasia dari Aruna saat semua ini terjadi. Apa ini semua ada hubungannya dengan pembunuhan ini?
“ Sezquall.” Kataku, mengajaknya ke sudut ruangan sementara El masih shock, terdiam memperhatikan tubuh wanita Harajuku diangkut ke ambulans.” Sepertinya aku tahu sesuatu.”
“ Katakanlah.”
Kukatakan semua yang kutahu.
“ Itu menarik sekali.” Komentar Sezquall.” Kapan kira-kira kau bisa bertemu Aruna lagi?”
Aku sejenak berpikir. Kupikir aku bisa bertemu dengannya di kantor. Tapi kira-kira apa yang akan ia lakukan setelah semua ini?
“ Mungkin kami akan bertemu di pemakaman Amanda. Kemungkinan besar ia akan datang.”
“ Baiklah, kabari aku tentang pemakaman ini.”
Aku hanya bisa mengangguk. Ya, apalagi yang dapat kulakukan. Sorenya saat aku ke kantor Aruna memanggilku, seperti yang kuduga. Dia berkata bahwa dia ikut berduka atas pembunuhan Amanda. Aku menunduk, aku bersumpah padanya bahwa aku berusaha menghentikan si wanita Harajuku. Dia kelihatannya buru-buru, karenanya saat aku tanya tentang pemakamannya, ia jawab besok, karena keluarganya ingin anaknya cepat dimakamkan. Kemudian ia cepat-cepat keluar dari ruangannya.
“ Ah, Arus. Sebelum itu…”
“ Hm?”
Aruna terlihat bingung, kelihatannya lupa apa yang hendak ia katakan.” Lupakan,” katanya akhirnya.
Selama di apartemen, malamnya, aku tak dapat menghilangkan kejadian tadi dari pikiranku. Dan, alhasil, aku tak dapat tidur. Meski semuanya sudah terjadi, dan, sebagai seorang yang sudah dewasa, aku tahu semua takkan dapat diubah. Aku merasa bersalah, ya, walau kucoba untuk menghilangkan rasa itu. Apa rasa bersalah itu menunjukkan bahwa aku masih seorang manusia? Boleh jadi. Tapi aku tidak mau rasa itu menghantui pikiranku.
Kuambil telepon genggamku, kemudian mengirimkan sebuah pesan singkat pada Sezquall tentang pemakaman Amanda. Baru saja kutekan tombol “kirim”, pintu apartemenku diketuk.
“ Ah, Red.” Ujarku.” Apa kabar?”
“ Baik, kurasa.”
“ Masuklah.” Aku mengunci teleponku dan menutup pintu.
“ Aku sudah dengar apa yang terjadi pada Amanda.” Kata Red begitu ia duduk di sofa.
“ Ya, pembunuh yang selama ini dicari oleh Sezquall… dia pun sudah tertangkap.”
“ Apa?” Red terlihat tersentak.” Lalu?”
“ Dia bunuh diri! Saat diinterogasi dia melemparkan dirinya sendiri dari lantai tiga puluh sembilan! Gila sekali, jika kau melihatnya sendiri.”
Entah kenapa, atau hanya perasaanku, Red terlihat lega.
“ Apa kau hendak menghadiri pemakaman Amanda?” tanyaku.
“ Tidak, kurasa. Tiga hari ini mungkin kau tidak akan melihatku. Aruna menyuruhku meliput kematian yang semakin naik karena cuaca ekstrim ini. Kemudian kami akan mewawancara seorang ilmuwan geologi. Mungkin akan dapatkan info baru, hm?”
“ Semoga saja.” Tukasku.” Aku lelah hidup dalam ketidakjelasan seperti ini. Dan, pembunuh ini…” aku terdiam sejenak,” Sezquall bilang ia berasal dari organisasi besar.”
“ Rosseau? Ah, dia terlalu sok tahu, Arus. Ingat saat dia bilang bahwa aku adalah pembunuh Tuan Slittering?”
Aku terdiam.
“ Apa kau mau makan malam di bawah? Kudengar ada restoran baru. Katanya masakan Padangnya enak sekali.”
“ Ah tidak. Rasanya aku hendak tidur saja. Hari ini begitu melelahkan, kau tahu.”
“ Satu hal, Arus.” Ujar Red saat aku mengantarnya keluar pintu.” Apa Amanda atau Aruna memberimu sesuatu?”
“ Tidak.” Jawabku. Singkat. Karena aku ingin sekali membaringkan tubuhku di kasur.
“ Oke.”
Dan malam itu aku benar-benar tidur nyenyak.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar