Minggu, 16 Mei 2010

DUA(Last Part)

Termenunglah aku di depan kantor Red, berusaha menebak-nebak apa yang mungkin akan dibicarakannya.Kupikir takkan terlalu melenceng jauh dari kasus pembunuhan Tuan Slittering. Aku tersentak saat aku menyadari bahwa kantorku sudah terlewat lima meter di belakangku. Aku mundur, membuka pintu, kemudian duduk.
Dan menunggu.

Pintu terbuka lima menit kemudian, dan, sesuai dugaanku, Red yang masuk. Selembar foto ia pegang di tangan kanannya. Aku berusaha mengintip apa itu, namun tak bisa karena Red melemparkan dirinya ke sofa di depan meja kerjaku.
" Jadi, apa yang mau kau bicarakan?" tanyaku
" Ini," Red menyodorkan foto di tangannya padaku." Aku menemukan ini diselipkan di laptopku. Entah oleh siapa."
Aku mengambil foto itu dari tangan Red, dan tercengang. Foto tersebut memperlihatkan Tuan Slittering yang ditembak oleh seseorang dengan baju hitam-hitam dan topeng ninja. Ia melompat masuk lewat jendela sambil menembakkan peluru ke kepala Tuan Slittering. Tapi, jika dipikirkan lagi. Kantor Tuan Slittering ada di lantai dua puluh satu. Bagaimana si pembunuh dapat melompat ke sana? Rasa penasaranku kuutarakan pada Red.
" Itu... aku juga tidak tahu Arus."Red berdecak pelan." Satu hal yang pasti. Lihat ini." Red membalikkan foto tersebut, dan menunjukkan sebuah tulisan tajam-tajam dengan spidol merah.

Bahkan satu diantara seribu hitam, meski hanya satu, akan terlihat laksana gajah diantara semut

" Si pembunuh mau kita untuk tahu sesuatu." Lanjut Red." Tapi aku tak tahu pasti apa itu."
" Tapi walaupun begitu, memangnya apa yang mau disampaikan seorang pembunuh? Sesuatu yang menyesatkan, aku yakin itu."
" Entahlah." Red mengangkat bahunya seraya menghela napas, sementara aku terus memperhatikan foto tadi. Siapa sebenarnya dia? Apa motifnya?
" Oh, ngomong-ngomong." kata Red." Apa Detektif Rosseau masih mencurigaiku?"
" Ah?" aku tersentak." Ya, begitulah. Lagipula, itu salahmu sendiri. Kemarin kau bertindak layaknya seorang tersangka saja."
" Benarkah? Aku tidak merasa seperti itu." Red tergelak, kemudian menyerahkan foto tadi padaku." Kalau begitu berikan saja foto ini pada Rosseau. Selain sebagai bukti bahwa aku tak bersalah, juga mungkin dapat membantu penyelidikannya."
Aku menerima foto itu dengan senang, karena dapat membuktikan pada Sezquall bahwa Red tak bersalah. Sementara Red keluar ruangan, aku menghela napas, mencari cara bagaimana aku dapat menghubungi Sezquall.