Jumat, 02 Juli 2010

ENAM

Pagi, saat semuanya dimulai, aku mengenakan sweater dan jas hitam. Pagi bukan hari yang menyenangkan bagiku. Entah kenapa, sebuah hari yang baru bukanlah sesuatu yang kutunggu. Pagi hanya membawa tangisan baru, penderitaan yang baru, dan bersamaan dengan itu banyak harapan yang dipasang hingga nanti siang, atau malam mungkin, mereka yang memasang harapan tersebut mengetuk pintu rumah mereka dengan fakta bahwa harapan mereka tak terpenuhi.
Ah, lagipula tak ada gunanya berharap terlalu banyak. Apanya yang pasanglah harapan setinggi langit. Jika ternyata harapan itu lepas, maka jatuhnya akan sakit sekali. Terlalu berharap juga hanya membuat sial. Berharap, berharap, sampai kita membuat suara di hati,” Aku sudah berusaha sekeras ini, aku pasti berhasil”. Kemudian, saat gagal dan mengumpat kenapa kita gagal padahal sudah berusaha, orang lain bersorak. Kita tak mau tahu bagaimana usaha orang lain. Hanya usaha kita sendiri.
Itu mungkin yang terjadi pada ayah dan ibu Amanda. Mereka berdua mengharapkan, maksudku, sangat mengharapkan anaknya menjadi orang besar suatu saat. Mereka mengharapkan anaknya masuk di berita internasional, kemudian menjadi seorang wanita anggun dengan sepatu hak tinggi, kemudian menikah dengan lelaki idaman, memiliki tiga anak yang pintar, kemudian berumah tangga. Yah, itu semua tak pernah tercapai. Karenanya mereka terlihat amat sangat sedih ketika pemakaman. Ibunya sampai pingsan, kemudian mengigau,” Anakku! Anakku seharusnya tidak meninggalkan dunia sekarang! Dia belum menikah! Namanya belum muncul di internet!” Dan ia kembali pingsan.
Aku berdiri di barisan belakang saat pemakaman berlangsung. Tak mau menarik perhatian. Beberapa orang tahu aku sedang bersama Amanda saat insiden kemarin terjadi. Aku takut akan diberondong pertanyaan jika ada yang menyadari aku datang. Sezquall ada di tengah-tengah mereka, dengan mata yang melirik kemana-mana, entah mencari apa. Tetapi aku tidak melihat Aruna. Dimana dia?
Aku tak lama bertanya-tanya ternyata, karena beberapa detik kemudian dia muncul. Rambutnya diikat, dan memakai topi khas Prancis. Kami sedikit menjauh dari kerumunan orang, kemudian, saat aku memanggil Sezquall, Aruna bertanya padaku,” Tidak, jangan bawa orang asing.”
“ Dia bukan orang asing.” Ujarku.” Dia detektif kepolisian.”
“ Apa kau bisa mempercayainya?”
“ Setidaknya dia berusaha membongkar pembunuhan Tuan Slittering dan Amanda.”
Sezquall menghampiri kami,” Aku mau tahu soal organisasi wanita berambut kuning kemarin. Kurasa, hampir semua kejadian ini ada hubungannya dengan mereka.”
“ Kau, siapa namamu?” tanya Aruna.
“ Aku Rosseau, dan Nona, tolong jangan bersikap lebih superior dariku. Aku tidak suka.”
“ Maaf, detektif Rosseau. Tapi aku memang tahu jauh lebih banyak daripada Anda. Bisa kulihat Kartu Tanda Penduduk Anda?”
“ Tentu.”
Sezquall mengeluarkan dompetnya dan menyerahkannya pada Aruna. Aruna mengangguk, kemudian melanjutkan,” Organisasi yang kita bicarakan ini sangat berbahaya. Mereka punya mata dimana-mana. Aku hanya mau memastikan bahwa kau bukan salah satu dari mereka.”
“ Caranya?”
“ Organisasi ini memiliki aturan, bahwa anggota mereka memiliki sebuah lambang dua segitiga di kiri bawah. Sangat kecil, memang, tapi dapat terlihat.”
“ Sungguh bodoh.” Tukas Sezquall.
“ Mereka sangat menjunjung tinggi kebersamaan, dan itulah kelemahan mereka, Tuan Rosseau. Tapi, yah, baiklah, ada hal yang lebih penting yang harus kubicarakan. Tapi tidak disini. Masuklah ke mobilku.”
Pemakaman belum selesai, tapi kami tetap mengikuti Aruna ke mobil sedan hitamnya. Kami masuk, dan Aruna berkata,” Organisasi ini bernama… tunggu.”
Pandangan kami mengikuti pandangan Aruna. Dia memandangi seorang lelaki besar berotot dengan jas hitam dengan sebuah alat komunikasi di mulutnya. Dari balik kacamata hitamnya, ia memperhatikan kami sejak tadi.
“ Gawat.” Bisik Aruna. “ Kita diawasi. Aku akan katakan ini cepat dan mudah, oke? Arus, dokumen yang kuberikan pada Amanda. Ambil itu, sebelum mereka mengambilnya. Lalu amankan! Kalau sempat, dan kau harus sempat, bacalah dokumen itu, dan kau akan tahu kebenaran. Aku mungkin akan keluar negeri untuk sementara, jadi jangan cari aku.”
Kami keluar dari mobil begitu Aruna selesai bicara. Mobilnya melesat maju, dan orang yang sejak tadi mengawasi kami berbicara sesuatu lewat alat komunikasinya.
“ Ini serius.” Ujar Sezquall begitu aku masuk ke mobilnya. “ Kira-kira dimana Amanda menyimpan dokumen ini?’
“ Entahlah. Kita cek di kantornya.”
“ Apa dia seidiot itu hingga menyimpan dokumen sebegitu pentingnya di kantornya?”
“ Dia tidak memiliki rumah. Dia masih tinggal di sebuah kos, yah, meskipun mewah, sebuah kos tetaplah kos. Dan dia menyuruh penjaganya untuk membersihkan tempat kosnya setiap hari dengan tambahan biaya. Dimana lagi ia menyimpan dokumen ini selain di kantornya?”
“ Baiklah kalau begitu.”
Mobil Sezquall melesat maju. Orang tadi berusaha mengikuti kami dengan cepat-cepat masuk ke mobilnya. Namun ternyata mobilnya sudah dikerumuni mobil-mobil kerabat Amanda, sehingga mobilnya terhalangi. Kami beruntung, mungkin.
Hanya butuh dua puluh menit hingga kami sampai. Disana kami segera masuk ke kantor Amanda, dan, pencarian dimulai. Kami mencari dengan cepat, takut ada orang dari organisasi yang Aruna katakan datang untuk mencari dokumen ini juga. Aku menemukan sebuah peti.
“ Mungkin disini.” Kataku pada Sezquall yang sedang menghalangi pintu dengan sebuah lemari.
“ Bagaimana kita membukanya?”
Itu sebuah peti kayu.” Mungkin bisa kita hancurkan.” Aku menendangnya, tapi tak terjadi apa-apa.
“ Minggir.” Sezquall mengambil sebuah palu yang ia temukan dari balik lemari, kemudian menghancurkan peti tersebut. Tepat saat itu pintu digedor.
“ Siapa diluar?” tanyaku.
Pertanyaanku dijawab suara pistol berperedam, membuat lubang di lemari. Kantor Amanda memang diujung lorong, karenanya tak aneh jika tak ada orang di sekitar sini. Ini gawat sekali.
“ Ayo cepat!” teriakku panik. Sezquall menyingkirkan sisa-sisa kayu, kemudian mengambil sebuah amplop coklat dan sebuah chip yang dibungkus plastic padat.
“ Benda apa itu?” tanyaku, bingung. Sebuah tembakan lagi diluncurkan.
“ Tak ada waktu, ini pasti benda penting. Ayo keluar!”
“ Lewat mana?!”
Lemari sudah roboh.
“ Terobos!” Sezquall berlari begitu lemari jatuh, dan orang di depan pintu jatuh terjengkang. Pistolnya terjatuh. Kami berdua berlari menjauhinya. Ia cepat-cepat mengambil pistolnya dan mengejar kami.
“ Lift!”
Kami memasuki lift yang tepat sekali terbuka dan, selagi menekan tombol G menyudut, agar terhindar dari peluru orang asing tadi.
“ Dia gila.” Ujar Sezquall. “ Tadi ada beberapa orang yang melihatnya bersenjata. Apa dia pikir takkan dilaporkan?”
“ Kupikir tidak.”tukasku, tegang sekali.” Tiga orang yang tadi kita lewati berpakaian sama seperti penyerang kita. Mereka satu organisasi.”
“ Apa?”
Tepat saat lift terbuka, kami langsung berlari ke arah pintu keluar. Benar saja, beberapa langkah sebelum sampai keluar, kami diberondong peluru. Untunglah tak satu pun tepat sasaran. Chipnya kumasukkan ke kantung jasku, dan dokumennya sudah dipegang Sezquall. Kami memasuki mobil Sezquall yang langsung ditembaki begitu mulai melaju.
“ Apa mereka mengikuti kita?”
“ Tidak.” Aku terengah, memperhatikan kantorku dari jendela. Tepat di lantai tiga, di depan jendela, beberapa orang duduk, banyak diantaranya menangis. Dan ada tiga orang menodongkan senjata ke arah mereka. Dua dari mereka menembak, dan dua sandera terbunuh. Aku tercengang, tak dapat berkata-kata. Sezquall tahu apa yang kuperhatikan, dan ia menukas,” Kantormu sudah dikuasai, Arus. Mereka sudah menguasainya. Ada sesuatu yang mereka cari. Mungkinkah dokumen dan chip ini? Ini semua sudah benar-benar gila.”
“ Tuan Slittering, yang adalah kepala editor disana pun dibunuh tanpa ada alasan yang jelas. Sekarang Aruna melarikan diri keluar negeri. Ada sesuatu yang tersembunyi dibalik semua ini.” Aku menelan ludah.
Sementara Sezquall memacu mobilnya ke rumahnya, tempat yang paling aman menurutnya, aku membuka amplop coklat tadi dan membaca isinya cukup keras agar Sezquall dapat mendengarnya:




Untuk siapapun yang saat ini memegang dokumen ini,

Aku berterima kasih padamu, mau membuka dokumen ini. Aku hanya berharap kau tidak termasuk salah satu dari orang-orang berambisi itu. Jika tidak, tolong, ini bukanlah suatu lelucon atau apapun. Ini sesuatu hal yang serius. AKu tak dapat menulis banyak di sini karena aku takut rahasianya tidak aman. Dan chip itu, jangan kehilangan. Datanglah ke tempat dengan kata kunci sebagai berikut:

Seribu tahun yang takkan sampai ke seribu satu, sebuah tempat dimana kehidupan dimulai.


“ Ini tidak lucu.” Komentar Sezquall setelah aku selesai membaca.” Seribu tahun yang takkan sampai ke seribu satu, sebuah tempat dimana kehidupan dimulai. Dimana itu?”
“ Mana kutahu!” aku melipat kembali dokumen tersebut dan memasukkannya ke dalam amplop. Setelah mengecek ke belakang, siapa tahu ada yang mengikuti kami, aku melanjutkan. “ Kita harus sampai di tempat ini.”
“ Itu bisa dimana saja, Arus! Bisa saja di Mesir! Di Samudra Atlantik, atau di Mars! Pikirkanlah!”
Kami berkendara selama setengah jam. Berputar-putar di sekitar kota tanpa hasil yang jelas. Apa maksudnya ini? Siapa pun yang menulis ini benar-benar ingin kutemui dan kupukul wajahnya hingga memar. Maksudku, apa maksudnya ia memberikan teka-teki seperti ini?
“ Ini hanya buang-buang waktu, Arus. Kita pergi ke rumahku, dan mendiskusikan semuanya disana.”
Aku setuju, apalagi yang dapat kulakukan. Seribu yang takkan sampai ke seribu satu?
Jam sudah menunjukkan enam sore saat kami sampai. Rumah Sezquall luas dan memberikan kesan hangat. Di ruang keluarganya aku duduk, melepaskan mantelku, dan tak henti-hentinya memandangi kertas yang kutemukan di ruangan Amanda.
Sezquall bersama istrinya datang menghampiriku, menyuguhkan segelas kopi yang mengepul. Elena, begitulah Sezquall memanggil istrinya. Rambutnya coklat panjang, dan wajahnya terlihat lebih muda dari umurnya. Ia terlihat ceria, dan saat itu ia mengenakan kaus oranye dan celana pendek berwarna biru.
“ Tuan Revoir.” Katanya, tersenyum padaku.” Silahkan diminum kopinya.”
Aku mengangguk, tapi tak meminumnya.
Sezquall menceritakan semuanya pada Elena. Tapi ia tak kelihatan kaget sama sekali. Ia berkata bahwa suaminya sudah pernah mengalami hal yang mengerikan seperti itu, jadi bukan hal yang mengejutkan baginya.
Jam delapan malam, kami makan malam bersama. Sezquall dan Elena belum memiliki anak, jadi rumah mereka yang besar terkesan sepi.
“ Ah, brokoli.” Kata Sezquall.” Dari mana kau membelinya, Elena?”
“ Dari seorang pedagang Cina di pasar.” Katanya.” Ia baru saja keliling dunia. Tapi tak mau member tahu dari mana ia dapatkan brokoli itu.”
“ Sayuran sudah langka di zaman es ini, pasti mahal.” Tukasku.
“ Cukup mahal memang, tapi harganya termasuk murah dibandingkan sayuran lainnya.”
Aku menusuk satu brokoli dengan garpu, kemudian setelah memakannya aku memotong daging yang disuguhkan Elena dengan bumbu Barbeque. Sudah lama sekali aku tak memakan brokoli, sejak kecil aku selalu membayangkan bahwa aku adalah seorang raksasa, dan memakan pepohonan di kota.
Pepohonan di kota?
Tunggu, pohon yang diceritakan Amanda. Pohon berumur seribu tahun yang sudah hampir mati. Benar! Seribu yang takkan pernah sampai seribu satu.
“ Sezquall. Kurasa aku tahu apa maksud dari teka-teki tadi.”
Kuceritakan apa yang kutahu. Sezquall kelihatannya senang sekali karena begitu aku selesai ia langsung berkata pada Elena,” Kami pergi dulu.”
“ Apakah tidak terlalu malam?” tanya Elena, mengantarkan kami ke pintu depan.
“ Tidak ada waktu lagi, Elena. Tidurlah duluan.” Kemudian, setelah Sezquall mengecup pipi Elena, kami segera naik ke mobil dan pergi ke taman kota.
“ Tapi Arus,” kata Sezquall setelah mobil kami melaju.” Apa yang dimaksud dengan awal dari kehidupan?”
“ Itu sudah kupikirkan.” Akut tersenyum bangga.” Ada tiga bagian pohon yang utama. Benda yang sedang kita cari tak mungkin ada di dalam batang, apalagi diantara dedaunan yang memang sudah tidak ada. Kurasa yang dimaksudkan dengan awal kehidupan adalah akarnya. Kehidupan pohon berawal dari akarnya bukan?”
“ Cerdas.” Tukas Sezquall saat kami berbelok tajam dan memasuki taman kota. Jam sembilan kurang lima belas, dan taman kota sudah terlihat amat sepi. Tak aneh, udara dingin sekali dan angin cukup kencang untuk membuat bibirku kering dalam dua detik. Aku dan Sezquall mengitari pohon raksasa tersebut setelah merapatkan mantel kami.
“ Apa kau temukan Arus?” tanya Sezquall dari sisi lain pohon.
“ Tidak,” bisikku, mengambil senter dari balik mantelku karena memang tak ada lampu di sekitar pohon tersebut. Aku menunduk, dan menghapus salju yang menutupi sebuah akar besar.
“ Apa kau yakin ini tempatnya?”
“ Aku cukup yakin, dan, lihat ini.”
Aku memperlihatkan sebuah tulisan yang diukir di akar tersebut. Tapi tak tahu bahasa apa itu. Mungkin tulisan Yunani kuno, atau Jawa kuno, aku tak tahu. Walau begitu aku yakin bahwa ini tempat yang kami cari.
“ Ini,” ujar Sezquall, menghentakkan kakinya di kayu yang tertutup salju.” Coba buka.”
Aku mengangguk, dan membuka kayu tersebut. Di bawahnya, satu dokumen lagi kami temukan. Aku hendak membacanya, tetapi Sezquall menyarankan untuk membaca di mobil.
“ Baiklah.” Kami masuk ke mobil sekali lagi, dan aku membuka dokumen tersebut :

Jakarta, 13 Desember 2012

Saat ini aku adalah kepala editor di salah satu Koran terkenal. Aku akan berusaha mengungkapkan kebenaran. Berita-berita yang berhubungan dengan kelicikan orang Yajedan aku segera kuungkap, meski sedikit demi sedikit.

Namun, walau begitu, aku tahu mereka sedang mencariku. Namaku sudah ada dalam daftar pembunuh bayaran mereka, dan, hanya soal waktu sebelum mereka menemukanku. Karenanya, kucoba untuk membuat petunjuk-petunjuk kecil agar orang menyadari usahaku. Kucoba untuk membuat sebuah puisi kecil tentang matahari yang tertidur, maksudku, dibuat tidur. Orang-orang Yajedan sudah menciptakan mesin pengendali cuaca, meski sejauh ini yang dapat mereka ciptakan hanya musim salju yang berkepanjangan.

Mereka menyuap banyak Negara, agar tidak meneliti apa yang terjadi. Mereka memasuki kepolisian, menguasai pers, dan ada dimana-mana. Mereka pintar, harus kuakui, tapi ini tidak dapat dibiarkan. Bahkan mereka membuat berita palsu bahwa pulau mereka terisolasi! Dan satelit tak mampu mengambil gambar dari udara! Hah! Omong kosong.

Aku sadar, bahwa hidupku tak lama lagi. Namun walau aku meninggalkan dunia ini, misiku harus tetap hidup. Karenanya, siapapun Anda, tolonglah, jaga Chip yang ada di tangan Anda sebaik-baiknya. Itu adalah chip yang berbahaya, yang jika dikuasai Yajedan, mereka takkan dapat dihentikan.

Karenanya, bawalah chip tersebut ke _______ untuk menghentikan zaman es ini. Jadi







Aku adalah satu putih diantara seribu hitam



Ravna Slittering


“ Ke mana?” tuntut Sezquall.” Jadi apa?”
“ Entahlah.” Jawabku, putus asa.” Tulisan setelah “ ke” terhapus, juga setelah “jadi””.
Namun satu hal yang jelas, disini, kasus pembunuhan Tuan Slittering dan Amanda, zaman es, dan segala kejadian akhir-akhir ini berhubungan. Yajedan. Mungkin aku harus menghubungi Eliza, kuharap dia tidak ada diantara orang-orang yang disandera waktu itu. Aku harus membongkar semuanya. Tuan Slittering berusaha menghentikan Yajedan, tapi tewas. Dokumen dari Aruna yang diberikan pada Amanda membuatnya tewas. Kasus ditutup tiba-tiba, ini menjelaskan semuanya.
“ Kita harus membersihkan kepolisian dari Yajedan terlebih dahulu, Arus.” Kata Sezquall.” Mereka salah satu yang memiliki peran besar dalam penyelidikan kita.”
“ Eliza.” Tukasku.” Dia sempat meneliti tentang Yajedan. Kuharap kita bisa menemuinya.”
“ Oh, tentu kita bisa.” Sezquall memutar setirnya.” Kita harus bisa.”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar