Senin, 05 Juli 2010

EMPAT

Aku dan Sezquall mulai berdiskusi langkah selanjutnya saat seminggu sudah lewat di motel. Kami harus menaruh chip ini di suatu tempat, ya, tapi aku tak tahu agar apa. Kupikir, mengapa tidak dihancurkan saja jika memang Yajedan dapat menggunakannya untuk mengatur cuaca lebih leluasa lagi. Tapi Sezquall tidak sependapat denganku, katanya mungkin chip itu dapat digunakan untuk menghentikan zaman es ini. Mungkin Yajedan kehilangan kendali atas alat mereka, dan mereka membutuhkan chip ini.
Sementara itulah asumsi kami. Namun sekarang, permasalahannya adalah dimana kami harus meletakkan chip tersebut. Ada kemungkinan mesin yang dimaksud Tuan Slitttering ada di Pulau Yajedan itu sendiri. Atau mungkin disembunyikan di suatu tempat. Kami tidak bisa yakin.
“ Ini saatnya kita butuh sandera.” Ujarku.” Dan Vecchio malah kau bunuh. Sekarang kita dianggap buronan.”
Sezquall mendengus.
“ Kita harus mencari sandera lain. Apa kau punya ide? Mungkin siapapun yang bisa kita tanya?”
Sezquall terdiam, kelihatannya berpikir. Namun hasilnya nihil. Kami belum bertemu satu anggota Yajedan pun dalam satu minggu ini.
Namun, bak disambar petir, aku teringat akan Red. Aku belum bertemu dengannya selama berhari-hari! Aku khawatir. Dia teman baikku. Yajedan mungkin mencarinya.
“ Aku harus menemuinya, Sezquall.” Bisikku, karena kami memang sedang duduk di lobi. Aku takut Fallacia mendengar.
“ Menemuinya? Kau gila? Kita tak bisa ke kota sekarang, Arus! Kita buronan!”
“ Topi ini? Mungkin saat baginya untuk beraksi.” Aku menunjuk topi Prancisku.
“ Memangnya apa yang kau khawatirkan?”
Dia sahabat baikku! Ya! Kujelaskan pada Sezquall. Kuharap dia tidak disandera. Jika ya, aku harus menyelamatkannya. Jika tidak, setidaknya aku harus memperingatkannya. Sezquall akhirnya memandangku dengan serius, dan, setelah menghela napas, ia berkata:
“ Baiklah. Berjanjilah untuk tidak tertangkap.” Katanya, melemparkan kunci mobilnya padaku.
“ Aku janji.”
Aku beranjak bangun dari sofa, dan, sebelum itu aku keluar, aku memandangi Fallacia. Entah kenapa, itu semua terjadi begitu saja.
“ Ada apa, Arus?” tanyanya, memiringkan kepala.
“ Tidak, tidak. Aku pergi dulu, Fallacia.” Aku menggeleng, kemudian mengendarai mobil sedan Sezquall.
Sepanjang perjalanan aku tegang. Bagaimana tidak! Red mungkin sedang disandera sekarang. Aku tak pernah merasa seperti ini sebelumnya. Terutama aku tak pernah mengendarai mobil dengan kecepatan seratus dua puluh kilometer per jam. Mungkin ini gila, tapi terkadang gila itu dibutuhkan.
Aku memakai topi Prancisku saat memarkirkan mobilku di depan apartemenku. Malam sudah menyelimuti bumi saat aku turun. Red pasti sudah pulang. Aku tahu pasti itu. Sekarang sudah jam sepuluh, ya, kira-kira jam sepuluh. Sementara aku memegangi pistol berperedamku di balik mantel, takut ada yang mengenaliku, aku menekan tombol lift.
“ Red! Red!” aku mengetuk pintu kamar Red dengan keras.” Hei! Kau di dalam?”
Red membuka pintunya, dan, seketika aku masuk bahkan sebelum dipersilahkan. Aku menutup pintu kamar apartemennya dan melepaskan topiku.
“ Arus!” Red merentangkan tangannya.” Kawan! Apa kabar? Dari mana saja kau hari-hari ini?”
“ Aku punya banyak urusan, Red.” Aku menghela napas, masih memegangi pistolku.” Dengar, apa kau kedatangan tamu tak diundang akhir-akhir ini?”
“ Kau!”
“ Aku serius! Maksudku, ada yang mengancammu dan semancamnya? Tidak?”
“ Tidak.”
“ Bagus, nah, ada yang hendak kuperingatkan. Ada sebuah organisasi yang berbahaya mereka….” Aku berhenti bicara, tiba-tiba terlintas satu pikiran gila.” Red, dimana dompetmu?”
“ Ini.” Red mengeluarkan dompetnya dan memperlihatkannya padaku.” Ada apa sebenarnya? Kau aneh sekali.”
“ Boleh kulihat?”
“ Untuk apa?”
“ Cepat berikan!” Aku menyambar dompet Red, kemudian melihat kartu tanda penduduknya. Dan, jantungku mencelos. Sebuah bintang merah tercetak di bawah kiri kartu itu. Red anggota Yajedan! Tidak bisa dipercaya.
Tapi aku cepat menguasai diri, seketika aku menarik pistolku dan menodongkannya ke arah Red. Namun ia ternyata tak kalah cepat, dalam waktu bersamaan ia menodongkan pistolnya.
“ Red! Jatuhkan senjatamu!” teriakku. Tak masalah, ruangan ini kedap suara.
“ Arus, tunggu, ada apa denganmu.”
“ Kau anggota Yajedan! Kau… kau, ternyata kau selama ini mengetahui tentang zaman es ini, pembunuhan Tuan Slittering, Amanda…”
“ Tunggu, jangan-jangan kau, kau orang yang kami cari selama ini. Kau yang Signorino katakan.”
Signorino? Itu pasti Tuannya.
“ Siapa Signorino? Siapa katakan!”
“ Diam!” sahut Red.” Aku tak mau membunuhmu, Arus. Kita sudah berteman sejak lama. Pergilah! Dan aku akan pura-pura tak tahu…”
“ Tak bisa!” Potongku.” Kau, kau harus sadar, Red! Yajedan bukan jalan yang benar.”
“ Misi kami menyatukan umat manusia, Arus. Aku berada di jalan yang benar. “
Kami masih saling menodong selama dua menit. Hingga Red berkata tidak ingin membunuhku, dan sekali lagi, menyuruhku pergi.
“ Atau aku yang pergi!”
“ Jangan coba-coba untuk…”
Red berlari, berusaha menggapai jendela. Namun aku sudah menarik pelatuk pistolku, dan peluru itu menembus tangannya hingga pistolnya terjatuh. Ia terjerembab, kemudian kutembak lagi kaki kanannya.
“ Maaf, Red, ini yang terbaik.”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar