Kamis, 01 April 2010

SATU(Part 2)

"Inggris? Benarkah? Tidakkah terlalu cepat untuk sebuah keputusan seperti itu?"
Amanda menatapku dengan tatapan yang mengerikan dan tajam, membuatku mengangkat alis, mencoba menghilangkan rasa panikku." Sudah kubilang, Arus, itu baru hipotesa."
" Baik, oke, terima kasih banyak Amanda." Aku mengangkat tangan, melihat arlojiku dan senang karena waktu makan siang telah tiba." Aku harus pergi." gagapku.
Amanda mengangguk sinis, dan segera aku tinggalkan ruangan itu. Beruntung aku sudah menghapal tulisan tadi, dan dalam perjalananku mencari tempat makan aku terus mengulangnya dalam kepalaku, agar aku tidak perlu mengunjungi amanda lagi.

" Arus!" Red memanggilku dari belakang tepat sebelum aku melangkahkan kaki keluar.
Aku merapatkan syal di leherku saat angin dingin menerpa," Ada apa Red?"
" Kau hendak makan siang?"
Aku mengangguk.
" Bagaimana kalau kita ke restoran Jepang tiga gedung dari sini, kau tentu tahu tempat itu bukan? Eliza sedang dermawan, mentraktir siapa pun yang datang karena keberhasilannya menerbitkan artikel yang menjadi berita terhangat sekarang."
" Benarkah? Berita apa yang ditulisnya?" Aku mulai berjalan mengikuti Red ke tempat yang ia maksudkan.
" Entah. Kenapa tidak kau tanyakan saja padanya."
Kami melewati tiga gedung sebelum melihat restoran yang Red maksud. Namanya Itadakimasu, selamat makan. Cukup kreatif, pikirku. Desainnya benar-benar seperti sebuah istana kaisar, dan dua pelayan yang menyambut kami saat kami masuk sambil membungkuk membuatku agak risih, seakan amat dihormati.
" Arus! Red!" Teriak Eliza. Ia duduk di sudut, dikerubungi orang-orang yang aku tidak kenal sama sekali. Ia adalah wanita berambut panjang hitam yang sedikit bergelombang, dengan mata coklat cemerlang yang selalu ceria. Tak terkecuali hari ini, ia terus tersenyum saat aku dan Red mendekatinya.
" Sukses besar,eh?" Red menjabat tangan Eliza dengan erat, kemudian Eliza tersenyum padaku.
Aku balas tersenyum," Jadi, artikel apa yang membuatmu senang seperti ini?"
" Ini." Eliza menyerahkan selembar koran. Aku membacanya, langsung dari tengah karena lelah membaca basa-basi Eliza yang hampir tiga paragraf:

....Karenanya sebuah pulau di tengah Samudra Pasifik terisolasi karena lima ratus kilometer persegi laut yang mengelilingi pulau tersebut. Dilaporkan gambar satelit tidak dapat menembus awan yang menutupinya. Orang-orang penghuninya, orang-orang Yajedan, benar-benar terisolasi dan hingga saat ini belum ada kabar dari dalam Pulau Yajedan.....


" Yajedan?" Alisku menyatu." Aku benar-benar belum pernah dengar."
Eliza meminum sodanya hingga habis," Aku juga belum melakukan penelitian lebih lanjut. Kau tertarik? Kau boleh membantuku, Arus." Ia tersenyum tulus.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar