Minggu, 18 April 2010

DUA( part 1)

Aku mengendap-endap masuk ke dalam, berusaha mencari Red di dalam karena tak kutemukan di luar. Aku tak tahu apa yang Red pikirkan. Ia masuk ke dalam, untuk apa? Aku yakin aku melihatnya berbelok di sudut lantai dua. Dasar bodoh! pekikku dalam hati. Seorang polisi masih mondar-mandir disana, dan hampir saja Red ketahuan. Dia masuk ke ruangannya perlahan.
" Red," bisikku dari kejauhan, dengan putus asa memanggilnya perlahan." Red!"
Tentu saja dia tak dapat mendengarku. Bahkan Red masuk, menutup pintu,dan tak keluar-keluar lagi selama lima menit.
" Tuan?" sebuah suara membuatku terlonjak kaget." Ada keperluan apa disini?"
Aku berbalik, dan seorang polisi memandangiku dengan curiga.
" Aku, aku hanya sedang..."
" Aku yang memintanya untuk masuk."
Sezquall?" Ya, ya! Dia yang memintaku untuk masuk."
" Hmmm." polisi itu menggaruk dagunya." Baiklah kalau begitu."
Aku dan Sezquall terus memandangi polisi itu hingga ia menghilang di sudut jalan.
" Bodoh, sedang apa kau disini?" bisik Sezquall amat pelan, dan aku yakin dengan amarah yang tertahan.
" Red, dia masuk ke ruangannya.Entah untuk apa. Aku ke sini untuk mencarinya."
" Apa? dia masuk ke sini? Tanpa izin?" Sezquall tampak marah sekali. Aku mengiyakan, dan kami baru saja hendak membuka pintu saat Red keluar dengan wajah kaget dan dingin.
" Ada apa?" tanyanya. Sebuah map di tangan kirinya dan tas di tangan kanannya.
Sezquall terdiam. Apalagi aku.
" Aku hanya mengambil barang-barangku. Mengapa kau menatapku seperti itu detektif?"
" Kau masuk ke dalam tanpa izin untuk mengambil barang-barangmu? Tentu saja itu sangat mencurigakan dasar idiot." ujar Sezquall berang.
" Aku hanya tidak mau barang-barangku digeledah polisi hingga berantakan. Itu saja."
" Ada apa dengan barang-barangmu memangnya? Ada barang bukti disana?"
" Tidak, jangan mimpi. Ini hanya laptopku, barang-barang pribadiku, dan artikelku."
" Biar kulihat." Sezquall merebut barang-barang Red, yang tetap tenang. Aku menelan ludah. Memangnya ada apa disana? Red terlihat tenang, ya, tapi Sezquall terus memeriksa barang-barangnya, maksudku benar-benar memeriksanya. Ia membaca tiap kata, tiap tulisan, tiap barang, tiap kertas. Red terlihat agak tegang, dan aku juga semakin tegang. Apa Red memang penjahat?
Tidak, tidak, Red bukan penjahat. Dia hanya berada di waktu dan tempat yang salah. Aku benar kan? Nah, nah. Akhirnya Sezquall menyerah kan? Dia membiarkan Red pergi.
Red pergi, benar-benar pergi. Ia bahkan tak melihatku. Ia berjalan dengan cepat menuruni tangga dengan langkah amat cepat. Aku memandanginya bingung, apa yang terjadi dengannya...?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar